Semenjak beberapa tahun ini, masyarakat kita tengah gandrung dengan tontonan model baru yang disediakan oleh Youtube. Kehadiran Youtube memang merevolusi cara kita mendapatkan tontonan. Berbeda dengan televisi, Youtube merupakan media yang “demokratis” di mana setiap orang bisa menjadi konsumen dan produsen sekaligus.
Selain itu, Youtube juga menjanjikan imbal balik finansial bagi para pembuat video. Tidak main-main, imbal balik finansial ini bisa mencapai jumlah yang fantastis. Sehingga, banyak orang yang kemudian beralih menjadi konten kreator Youtube karena memang menjanjikan secara ekonomi.
Pada serial wawancara kali ini, mifdacreativehub.com berhasil menghubungi Muwahidin, yang sehari-hari dipanggil Wawa. Dia adalah seorang konten kreator Youtube yang cukup sukses. Dari kampungnya di barat Cilacap, Patimuan, pemuda yang juga alumni pesantren Miftahul Huda Kroya ini terus berkreasi memproduksi video tentang pertukangan, khususnya kayu.
Saat ini, channel Marcip (singkatan dari Mari Ciptakan) miliknya telah memberikan hasil yang lumayan. Pemilihan market yang tepat, tema yang jarang digeluti, dan konsistensi adalah paduan yang mengantarkannya sukses membangun channel. Berbincang dengan sosok yang terlihat selalu penuh semangat ini sangat mengasyikkan. Antusiasme dan semangatnya meniupkan optimisme di telinga pendengarnya.
Berikut kami sajikan hasil bincang-bincang dengan Wawa. Semoga bermanfaat.
Bisa diceritakan sejak kapan Anda tertarik membangun channel Youtube?
Saya tertarik menggeluti Youtube sejak 2019. Saya melihat bahwa di Youtube bisa menghasilkan uang dari video. Karena penasaran yang kuat, saya belajar sendiri dengan melihat tutorial yang ada di Youtube maupun Google. Di awal, saya mulai membangun channel dengan editing sedemikian rupa. Selama 1 tahun fokus ternyata perkembanganya kurang bagus.
Pada tahun 2020, saya menemukan bahwa video-video yang ramai penonton adalah video pertukangan kayu. Video ini juga minim persaingan dan proses pembutannya simpel. Tapi, kebanyakan konten kreatornya adalah orang luar negri. Kebetulan, orang tua punya alat pertukangan kayu dan saya memanfaatkan alat-alat tersebut untuk membuat video. Pada pertengahan tahun 2021, channel kayu yang saya garap baru diterima monetisasi. Kebetulan penonton kebanyakan dari luar negri.
Berarti 2 tahun baru monetisasi. Anda mengerjakan sendirian atau tim?
Untuk tim hanya berdua. Saya dan editor.
Inspirasi tema konten didapat lewat riset atau spontan?
Inspirasi konten kebanyakan dari riset. Dari berbagai video konten kreator satu tema.
Kalau kami lihat, konten-konten Anda berbeda dengan umumnya. Maksudnya, konten Youtuber Indonesia umumnya ada kata-kata atau sapaan cukup ikonik “hallo guys” dan tentu musik. Di konten Anda tidak ditemukan hal semacam itu. Apakah ini strategi market atau bagaimana?
Itu merupakan strategi saya karena penonton saya sendiri bukan dari Indonesia saja. Jika saya menggunakan bahasa Indonesia dalam video saya, maka penonton dari negara lain tidak paham apa yang saya ucapkan. Maka dari itu, saya mengunakan fitur subtitel untuk menjelaskan apa yang saya kerjakan dan akan otomatis menyesuakan lokasi negara dengan 40 bahasa populer di dunia.
Jadi, sejak awal memang bidikan market channel Anda bukan lokal ya?
Ya. Yang saya bidik bukan lokal. Lokal notabenya tidak suka dengan channel jenis seperti ini. Selain itu, pembayaran juga berbeda dari lokal.
Pembayaran berbeda? Maksudnya bagaimana?
Pembayaran dalam setiap video itu berbeda di setiap negara. Negara maju lebih mahal daripada negara berkembang.
Oh seperti itu. Kira-kira itu ditentukan oleh apa?
Pengiklan akan membayar mahal jika di negara yang maju. Seperti halnya beda UMR Indonesia dengan Amerika Serikat. Maka, di Amerika pengiklan akan membayar lebih mahal dari pada Indonesia.
Dengan market luar, boleh spill earning dari channel Anda?
Pendapatan yang diterima perbulan karena naik turun, tidak pasti. Tapi ya sekitar dua digit-lah. Pendapatan bersumber dari iklan dan izin hak cipta video untuk di-reupload channel lain.
Luar biasa. Oh ya Anda memang bisa nukang kayu?
Untuk nukang kayu saya bisa sendiri. Saat rekaman saya dibantu oleh teman saya.
Tidak berminat mengembangkan channel lain selain pertukangan?
Untuk channel yang dikembangkan setiap bulan pasti ada channel buat riset. Saat ini, ada 3 channel yang sedang digarap. Itu bukan tema pertukangan.
Sudah monetisasi juga?
1 yang sudah monetisasi. 2 masih kejar jam tayang
Juga market luar?
1 market luar yang 2 mencoba market Indonesia. Dengan mengunakan AI.
Bagaimana Anda melihat fenomena menjamurnya konten-konten youtube yang dibuat oleh banyak orang di Indonesia? Apakah masih terbuka peluang untuk pemula?
Menjadi peluang tersendiri. Jenis konten sangat luas dan mudah untuk riset peluang baru. Namun, dengan adanya saingan yang semakin banyak, skill harus lebih diasah agar bisa bersaing dengan konten lain dalam menarik penonton. Yang jelas harus terus belajar karena pergerakan media sosial sangat cepat. Ketika berhenti belajar sejenak saja, maka sudah ketinggalan dari yang lain. Yang jadi kendala, karena saking banyaknya konten yang di-up, terkadang teknik agar video bisa selalu ramai berubah ubah.
Kalau untuk anak muda di Cilacap, Anda melihat ada potensi?
Untuk potensi peluang konten sebenarnya banyak banget. Tinggal anaknya mau konsisten di dunia kreator atau tidak. Yang banyak terjadi adalah baru mulai sudah banyak yang menyerah.
Kira-kira apa faktor yang membuat mereka mudah menyerah?
Biasanya karena saat membangun channel tidak langsung ramai. Terkadang ada juga sih yang baru bikin sudah ramai tapi itupun jarang. Konsisten saat penonton sepi itu sangatlah berat, apalagi jika channel belum menghasilkan apa apa.
Tips agar konsisten?
Kemauan yang kuat. Minimalisir distraksi. Banyakin relasi sesama konten creator.
Bisa dijelaskan mengenai distraksi ini?
Hal yang mengalihkan fokus saat bekerja. Seperti halnya pintar mengatur waktu nongkrong dengan teman. Terus godaan untuk membuat konten mirip dengan yang sedang ramai sehingga sulit untuk konsisten dengan satu tema.
Anda kan alumni pesantren, apa tidak tertarik untuk mengembangkan konten keislaman?
Sebenarnya sangat ingin, tetapi belum menemukan ide konsep video yang saya bisa kerjakan.
Kira-kira apakah Anda bersedia berbagi pengetahuan tentang Youtube dengan anak-anak muda Cilacap?
Ya bersedia. Kebutuhan relasi sesama konten creator itu sangatlah penting agar bisa saling berbagi tips dalam menghadapi kecepatan perkembangan teknologi.
Pesan Anda untuk para creator di Cilacap?
Teruslah belajar karena di dunia kreator kalo berhenti belajar sama dengan ketinggalan. Perkembangan dunia digital sangatlah pesat.
Penulis: Miza